sediaan salep
Salep adalah sediaan setengah padat
yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut
atau terdispersi homogen dalam darsar salep yang cocok (F.I.ed.III). Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan untuk
pemakaian topical kulit atau selaput lender salep tidak boleh berbau tengik
kecuali dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras
narkotika adalah 10 % (FI IV).
Menurut R. VOIGT
salep adalah gel dengan sifat deformasi plastis yang digunakan pada kulit atau
selaput lendir. Sediaan ini dapat mengandung bahan obat tersuspensi, terlarut
atau teremulasi. Menurut ansel Salep
(unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar yang dimaksudkan
untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan disebut salep mata.
Salep dapat
mengandung obat atau tidak mengandung obat, yang disebutkan terakhir bisanya
dikatakan sebagai “dasar salep” (basis ointment) dan digunakan sebagai pembawa
dalam penyimpan salep yang mengandung obat. Dasar
salep yang digunakan sebagai pembawadibagi dalam 4 kelompok:dasar salep senyawa
hidrokarbon, dasar salep serap, dasar
salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep
obat menggunakan salah satu dasar salep
tersebut.
Dasar salep
hidrokarbon, dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antar lain
vaselin putih dan salep putiih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat
dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksud untuk memperpanjang kontak bahan
obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep
hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci , tidak
mengering dan tidak tmpak berubah dalam waktu lama.
Dasar salep
serap, dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama
terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air
dalam minyak (parafi hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok ke 2 terdiri atas emulsi air dalam
minyak yang dapat bercampur dengan
sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga dapat
bermanfaat sebagai emolien.
Dasar salep yang
dapat dicuci dengan air, dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara
lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “krim” (lihat kremores). Dasat
ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci
dikulit atau dilap basah, sehingga dapat
diterima untuk dasar kosmetik.beberpa bahan obat dapat menjadi lebih efektif
menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain
dari dasar salep ini adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjdi pada kelainan
dermatologik.
Dasar salep
larut dalam air, kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri
dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan
yang tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar
salep ini lebih tepat disebut “gel”.
Macam – Macam Salep
Salep adalah sediaan setengah padat
yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. secara umum salep
dapat dibedakan menjadi beberapa tipe
yaitu:
1. Salep
berlemak
Senyawa hidrokarbon dan
malam juga diaggap termasuk lemak.
Daya menyerap air dari
basis adalah sebagai berikut:
100 bagian adeps lanae
dapat menyerap air 200 bagian.
100 bagian lanolinum
dapat menyerap air 120 bagian.
100 bagian vaselinum
dapat menyerap air 10 bagian.
100 bagian vaselinum
dengan 5% cera dapat menyerap air 40 bagian
100 bagian vaselinum
dengan 5% adeps lanae dapat menyerap air 100 bagian.
100gian
cetylicum dengan 5% adeps lanae dapat menyerap air 30 bagian.
2. Pasta
berlemak
Pasta berlemak adalah
suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).sebagai bahan
dasar salep digunakan vaselin, parafin cair. Bahan tidak berlemak seperti
glycerinum, mucilago atau sabun dan digunakan sebagai antiseptik atau pelindung
kulit.
3. Salep
pendingin
Suatu salep yang
mengadung tetes air yang relatif besar. Pada pemakaian pada kulit, tetes air
akan menguap dan menyerap panas badan yang mengakibatkan rasa sejuk.
4. Krim
(cremor)
Krim
adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari
60% air, dimaksudkan untuk luar.
5. Mikstur
gojog
Suatu bentuk suspensi
dari zat padat dalam cairan, biasanya terdiri air, glycerinum dan alkohol.
Mikstur gojog biasanya mengandung 60% cairan.wadah yang digunakan adalah botol
mulut lebar, sebelum dipakai digojog dulu.sebagai pensuspensi digunakan
bentonit.
6. Pasta
kering
Suatu pasta bebas lemak
mengandung + 60% zat padat (serbuk).Dalam pembuatan akan terjadi
kesukaran bila dalam resep tertulis Ichthamolum atau Tumenol ammonium. Adanya
zat tersebut akan menjadikan pasta menjadi encer.
7. Pasta
pendingin
Merupakan campuran
serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal dengan Salep Tiga Dara.
Penggolongan Salep
Menurut konsistensinya salep dapat
dibagi:
1. Unguenta:
salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu
biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga
2. Cream
(krim): salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit , suatu tipe yang
dapat dicuci dengan air.
3. Pasta:
salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal
karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diolesi.
4. Cerata: salep berlemak yang
mengandung persentase lilin (wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih
keras (ceratum labiale).
5. Gelones/
spumae/ jelly: salep yang lebih halus umumnya cair dan sedikit mengandung atau
tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basis,
biasanya terdiri atas campuran sederhana dari minyakk dan lemak dengan
titik lebur rendah. Contohnya: starch jellieas (10% amilum dengan air
mendidih).
Menurut sifat farmakologinya/terapeutik
dan penetrasinya, salep dapat dibagi:
1. Salep
epidermis (epidermic ointhment; salep penutup) guna melindungi kuli dan
menghasilkan efek lokal, tidak diabsorpsi, kadang-kadang ditambahkan
antisseptik, astringensia untuk meredahkan rangsanagan atau anestesi lokal. Ds
yang baik adalah ds. Senyawa hidrokarbon.
2. Salep
endodermis: salep yang bahan obatnya menembus kedalam kulit, tetapi tidak
melalui kulit, terabsorbsi sebagian, digunakan untuk melunakan kulit atau
selaput lendir. Ds yang baik adalah
minyak lemak.
3. Salep
diadermis: salep yang bahan obatnya menembus kedalam tubuh melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan, misalnya saalep yang mengandung senyawa merkuri
iodida, beladona.
Menurut dasar salep, salep dapat dibagi:
1. Salep
hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air
atau salep dengan dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci
dengan air, misalnya: campuran lemak-lemak, minyak lemak, malam.
2. Salep
hidrofilik yaitu salep yang sukar air; biasanya ds. Tipe M/A.
Menurut
formularium nasional (fornas)
1. Dasar
salep 1 (ds senyawa hidrokarbon)
2. Dasar
salep 2 (ds. serap)
3. Dasar
salep 3 (ds. Yang dapat dicuci dengan air atau ds. Emulsi M/A)
4. Dasar
salep 4 (ds. Yang dapat larut dalam air).
Syarat Dan Kualitas Bahan Dasar Salep
1. Stabil, selama masih dipakai
mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada
dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan
halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk
kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe
emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok yaitu dasar
salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh
merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu
melepas obatnya pada daerah yang diobati.
5. Terdistribusi merata, obat harus
terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan.
Peraturan dan Prosedur
Pembuatan Salep
Aturan
umum ialah:
1. Zat
yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perluh dengan pemanasan
rendah.
2. Zat
yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebi dahulu diserbuk dan diayak
dengan derajat ayakan no.100.
3. Zat
yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung atau
menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu
ditambahkan sebagian dasar saelep yang lain.
4. Bila
dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai
dingin.
Zat
yang dapat dilarutkan dalam dasar salep
Umumnya kelarutan obat dalam minyak
lemak lebih besar daripada dalam vaselin. Camphora, mentholum,
phenolum,thymolum,dan guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara digerus
dalam mortir dengan minyak lemak.bila dasar saelp mengandung vaselin, maka
zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian(+ sama banyak)
vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep
yaang lain.
Camphora dapat dihaluskan dengan
tambahan spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut setelah itu
ditambahkan ditambah dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus
fortiornya menguap.(vanduin). Bila
zat-zat tersebut bersama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu
biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
Zat
yang mudah larut dalam dasar salep
Bila masa salep mengandung air dan
obatnya dapat dilarutkan dalm air yang tersedia maka obatnya dilarutkan dulu
dalam air dan dicampurka dengan sebagian dasar salep yang dapat menyerap air,
setelah seluruh obat dalam air terserap,baru ditambahkan bagian-bagian lain
dasar salep, digerus dan diaduk hingga homogen.
Dasar salep yang tidak menyerap air
antar lain ialah adeps lanae, unguentum simplex, hidrophilic ointment, dan dasar salep yang sudah mengandung air
antara lain lanoline (25%), unguentum lanies(25%), unguentum cetylicum
hidrosum,(40%).
Zat
yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan
derajat halus serbuk pengayak no.100.setelah itu serbuk dicampur baik-baik
dengan sama massa berat salep,atau dengan salah satu bahan dasar salep, bila
perluh bahan dasar salep tersebut dilelehkan dulu, setelah itu sisa bahan-bahan
yang ditambahkan sedikit demi sedikit sambi digerusdan diaduk hingga homogen.
Utuk mencegah pengkristalan pada waktu pendinginan,seperti cera flava, cera
alba, cetylalcoholum dan paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang
cair atau yang lunak. Pembuatan salep dengan asam borat tidak diizinkan dengan
pemanasan.
Salep
yang dibuat dengan peleburan
Pembuatan dasar salep ini dibuat dalam
cawan porselin sebagai pengaduk digunakan batang gelas atau stapel kayu. Masa
yang melekat pada dinding cawan dan stapel atau batang gelas selalu dilepas
dengan kertas film. Bahan salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan
tetapi diambil bagian lemaknya, sedang air ditambahkan setelah masa salep
diaduk sampai dingin.
Peraturan
pembuatan salep menurut F. Van Duin.
1. Peraturan salep pertama
Zat-zat yang dapat
larut dalam campuran lemak, dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.
2. Peraturan salep kedua
Bahan-bahan yang larut
dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air,
asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep
dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basia salepnya.
3.
Peraturan
salep ketiga
Bahan-bahan yang sukar
atau sebagian dapat larut dalam lemak
dan air harus diserbukkan lebih dahulu,
kemudiaan diayak dengan pengayak NO. 60.
4.
Perturan
salep keempat
“Salep-salep yang
dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai
dingin”bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya haris dilebihkan 10-20% untuk mencegah kekurangan bobotnya.
5.
Persyaratan
Salap dapat mengandung
bahan konservansia yang cocok. salap harus memiliki sifat yang homogen . pada
saat dioleskan dengan tangan, tidak diperbolehkan terasa adanya bagian padat.
Salap tidak boleh berbau tengik. Jika tidak dinyatakan lain, digunakan salap
alkohol malam domba sebagai basis salap.
Evaluasi
Sediaan Salep
1.
Uji
bahan aktif
Pengujian bahan aktif meliputi, uji bobot jenis, uji rotasi
optic, uji indeks bias, uji titik lebur, dan uji titik didih.
2.
Homogenitas
Jika dioleskan
pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan
susunan yang homogen.
3.
Daya serap air
Daya serap air,
diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk mengkarakterisasi basis
absorpsi. Bilanagn air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu
diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-20°) secara
terus menerus atau dalam jangka waktu terbatas (umumnya 24 jam), dimana air
tersebut digabungkan secara manual. Evaluasi kuantitatif dari jumlah air yang
diserap dilakukan melalui perbedaan bobot penimbangan (system mengandung air –
sitem bebas air ) atau dengan penentuan
kandungan air yang akan diuraikan nanti. Daya serap air akan berubah,
jika larutan turut digabungkan didalamnya. Dapat menurunkan bilangan airnya.
4.
Kandungan air
Ada tiga cara
yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dari salep. Penentuan
kehilangan akibat pengeringan. Kandungan air digunakan ukuran kehilangan masa
maksimal (%) yang dihitung pada saat pengeringan disuhu tertentu (umumnya 100 -
110°C) cara tersebut merupaka metode konvensional. Cara ini tidak dapat
digunakan, jika bahan obat atau bahan pembantu ada yang mngenguap (minyak
atsiri, fenol dan sebagainya).
5.
Konsistensi
Konsistensi
bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan hanya sebuah cara,
untuk mengkarakterisasikan sifat berulang, seperti sifat lunak dari sediaan
sejenis salep atau mentega, melalui sebuah angka ukur. Untuk memperoleh
konsistensi dapat digunakan metode berikut, penetrometer.
6.
Penyebaran
Penyebaran salep
diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit. Penentuanya dilakukan
dengan extensometer.
7.
Ukuran partikel
Umumnya farmakope tidak
mensyaratkan pengujian ukuran partikel dalam salep suspensi, melainkan hanya
membatasi penggunaan serbuk halus atau serbuk yang sangat halus. Pada salep
mata suspense harus diperhitungkan adanya persyaratan yang lebih ketat,
meskipun berbagai farmakope melakukan pembatasan tapi syaratnya berbeda-beda. (Akfar, PIM/2010)