Senin, 31 Agustus 2015

SERBUK

Sediaan Serbuk

Istilah
Powder (Inggris)
Poeder (Belanda)
Puyer (Indonesia)

Definisi
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI IV)

Keuntungan sediaans erbuk
1.      Karena mempunyai permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi.
2.      Anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan bentuk sediaan serbuk.
3.      Obat dengan volume terlalu besar untuk dibuat tablet, dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
4.    Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak ditemukan dalam sediaan bentuk serbuk.

Kekurangan sediaan serbuk
1.      Rasa yang sukar ditutupi.
2.      Mudah teroksidasi.
3.      Untuk zat yang terurai oleh asam lambung tidak bias dihindari.

Penggolongan
1.      Serbuk Terbagi (Pulveres)
Ialah sediaan berbentuk serbuk yang dibagi-bagi dalam bentuk bungkusan dalam kertas perkamen.
2.      Serbuk Tak Terbagi (Pulvis)
Ialah sediaan serbuk yang tidak terbagi dalam peresepannya.
3.      Serbuk Tabur
Serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang. Syarat : melewati ayakan mesh 100.

Penimbangan
1.      Zat ditimbang masing-masing dengan kertas perkamen.
2.      Penimbangan < 50 mg dilakukan dengan pengenceran.
3.      Untuk zat cair ditimbang dengan cawan penguap yang telah ditara.
4.      Untuk zat kental/ekstrak ditimbang dengan kertas perkamen yang dilapisi paraffin.
5.      Untuk zat yang higroskopis seperti ZnO, MgO, sebelum ditimbang digerus dan diayak dahulu.


Yang perlu diperhatikan
1.   Zat yang berkhasiat keras, biasanya jumlahnya sedikit. Jadi harus digerus dulu zat tambahan seperti saccharum lactis untuk menutupi pori-pori mortir.
2.      Untuk zat berkhasiat yang berwarna, mortar harus dilapisi dengan zat tambahan, baru digerus dengan zat lain.
3.      Untuk zat dengan perbedaan BJ, masukan dulu serbuk yang BJnya besar kemudian yang kecil.
4.   Zat yang mempunyai Titik Eutetik jika 2 zat dicampur. Maka, penggerusan dilakukan secara masing-masing dengan saccharum lactis, baru kemudian dicampur. Contoh : Champora – Menthol.
5.   Tingtura dan ekstrak cair ditetesi dengan alcohol dilutus 70%, kemudian keringkan dengan saccharum lactis.
6.   Jika dalam resep pulvis atau pulveres ada tablet, maka tablet digerus lebih dulu, baru dicampur dengan bahan lain.
7.      Untuk minyak menguap ditambahkan terakhir.

Contoh Resep Pulveres

Contoh Resep Pulvis

Contoh Resep Sebuk Tabur

SOLUTIO

Larutan (solutio)


Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif atau lebih yang terlarut didalamnya, biasanya menggunakan pelarut air. Perbedaan potio dan larutan (solutio) adalah potio merupakan sediaan cair untuk konsumsi obat secara oral, sedangkan larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang bisa digunakan secara oral, topikan, parenteral dan sebagainya.
  • larutan yang mengandung air dan gula disebut sebagai sirup, 
  • larutan yang mengandung hidroalkohol (kombinasi air dan etil alkohol) disebut eliksir
  • larutan yang berbau harum disebut sipiritus jika pelarut mengandung alkohol atau aqua aromatik jika pelarutnya mengandung air
  • larutan yang diperoleh dengan penyarian zat aktif dari bahan alam disebut ekstrak atau tinktur
Formulasi larutan umumnya mengandung:
  • zat aktif
  • pelarut
  • pelarut pembantu
  • pengawet
  • pewarna
  • pendapar
  • pengaroma dan pewarna
  • antioksidan dan sebagainya
Istilah istilah kelarutan
istilah deskriptif ---> bagian pelarut yang digunakan untuk melarutkan 1 bagian zat
  • sangat mudah larut  ---> kurang dari 1
  • mudah larut             ---> 1 sampai 10
  • larut                       ---> 10 sampai 30
  • agak sukar larut      ---> 30 sampai 100
  • sukar larut              ---> 100 sampai 1000
  • sangat sukar larut    ---> 1000 sampai 11000
  • praktis tidak larut    ---> lebih dari 11000
air merupakan pelarut yang paling sering digunakan.
alkohol, gliserin dan propilen glikol umumnya digunakan sebagai pelarut pembantu
aseton, etiloksida dan isopropil alkohol terlalu toksik bila digunakan untuk sediaan oral
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan larutan/solutio
untuk mempercepat melarutnya obat dapat digunakan beberapapa cara seperti menggunakan panas, mengecilkan ukuran partikel zat, menggunakan pelarut pembant mapun membantu kelarutan dengan melakukan pengadukan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat larutan, jngan asal campur aja ya :D :
1. kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut
2. kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik
3. dosis takaran tepat
4. penyimpanan yang sesuai

Keuntungan dan Kerugian Sediaan Larutan

A. Keuntungan bentuk sediaan larutan (solutio) dibandingkan dengan jenis sediaan lainnya antara lain :

  • lebih mudah ditelan daripada sediaan yang lain, sehingga dapat lebih mudah digunakan bayi, anak-anak, dewasa, maupun usia lanjut
  • segera diabsorpsi karena telah berbentuk sediaan cair (tidak mengalami proses disintegrasi maupun pelarutan seperti pada tablet/pil dsb
  • obat secara homogen terdistribusi keseluruh bagian sediaan
  • mengurangi resiko terjadinya iritasi lambung oleh zat zat iritan (Aspirin, KCl) karena larutan langsung diencerkan dalam lambung
  • lebih mudah untuk menutupi rasa dan bau tidak enak pada obat dengan cara penambahan pemanis dan pengaroma
B. Kerugian bentuk sediaan larutan (solutio) dibandingkan dengan jenis sediaan lainnya antara lain :
  • bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk dibawa atau diangkut dan disimpan, lebih berat.
  • stabilitas dalam bentuk cair kurang baik dibandingkan dalam bentuk sediaan tablet, kapsul, pil, terutama apabila zat aktif/bahan mudah terhidrolisis
  • larutan/air merupakan media ideal mikroorganisme untuk berkembang-biak sehingga diperlukan penambahan pengawet yang lebih banyak dibanding sediaan tablet, pil, krim, dll
  • ketepatan dosis tergantung kemampuan pasien dalam menakar obat
  • rasa obat yang tidak menyenangkan akan terasa lebih tidak enak apabila dalam bentuk larutan, terutama jika tidak dibantu dengan pemanis dan pengaroma

SUPPOSITORIA

Suppositoria

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina, maupun uretra, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut, atau meleleh pada suhu tubuh, dan efek yang ditimbulkan adalah efek sistemik atau lokal. Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Semakin pendek waktu melarut/mencair semakin baik karena efektivitas obat semakin baik.
Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak kecil. Umumnya memiliki panjang 32 mm, berbentuk silinder, dan kedua ujungnya tajam. Sedangkan untuk bayi dan anak-anak ukurannya ½ dari ukuran dan berat untuk orang dewasa. Penyimpanan suppositoria dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang sejuk pada suhu 5-15 °C agar suppositoria tidak menjadi lembek dan tidak bisa digunakan.
 
Keuntungan sediaan obat dalam bentuk suppositoria antara lain :
· Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
· Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
· Langsung dapat masuk ke saluran pembuluh darah sehingga akan memberikan efek yang lebih cepat dibanding obat per oral
· Bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
· Menghindari biotransformasi hati / sirkulasi portal
· Bila obat ditujukan untuk efek lokal
Kerugian sediaan obat dalam bentuk suppositoria :
· Cara pakai tidak menyenangkan
· Absorbsi obat seringkali tidak teratur / sukar diramalkan
· Tidak dapat disimpan dalam suhu ruangan
· Tidak semua obat bisa dibuat suppositoria
 
 Jenis Suppositoria
· Suppositoria rektal / analia
Untuk dewasa kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 3 g; bentuk lonjong pada salah satu atau kedua ujungnya, sedangkan untuk anak-anak kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 2 g.

· Suppositoria vaginal / ovula
Berbentuk bulat atau bulat telur, umumnya memiliki berat 5-15 g, sering disebut tablet vaginal.

· Suppositoria urethal
Ukuran untuk pria adalah panjang 125-140 mm, diameter 3-6 mm, massa 4 g. Sedangkan untuk wanita panjangnya 50-70 mm dan massanya 2 g (setengah ukuran laki-laki).
Jika diamati kondisi distribusi bahan obat di dalam sistem, suppositoria dapat diklasifikasikan sebagai suppositoria emulsi, suppositoria larutan, dan suppositoria emulsi.
a. Suppositoria Suspensi
Bentuk ini memiliki kelarutan bahan obat yang rendah di dalam basis sehingga bahan obat berada dalam bentuk tersuspensi (suspensi beku). Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan hal-hal seperti berikut :
· Pengadukan yang intensif, agar distribusi obat tersebar secara merata di seluruh masa suppositoria sehingga memiliki ketepatan dosis yang tinggi.
· Mempertahankan viskositas bahan obat setinggi mungkin dengan cara menuang masa suppositoria pada suhu tertentu, sedikit lebih tinggi daripada suhu titik bekunya.
· Masa harus cepat membeku di dalam cetakan agar tidak terjadi proses sedimentasi, yaitu distribusi bahan obat tidak meratadan akan terakumulasi di ujung suppositoria.
b. Suppositoria Larutan
Suppositoria larutan akan terbentuk jika bahan obat benar-benar larut dalam basis. Kelarutan bahan obat di dalam suppositoria adalah kecil, pada saat melebur kelarutan bahan obat akan meningkat dan pada saat basis suppositoria membeku sejumlah senyawa akan kembali menghablur. Resorpsi bahan obat suppositoria larutan lebih rendah daripada suppositoria suspensi.
c. Suppositoria Emulsi
Basis suppositoria lipofil mempunyai kemampuan untuk mengikat sejumlah kecil cairan tanpa penambahan emulgator. Namun kebanyakan basis yang digunakan saat ini mengandung tambahan emulgator, maka pada saat meracik cairan (misalnya ekstrak sari tumbuhan dalam bentuk cair pada suppositoria wasir) akan terbentuk emulsi sejati (emulsi beku). Basis pengemulsi mempunyai berbagai keuntungan dalam teknologi pembuatan dan biofarmasi. Sedangkan kerugiannya adalah pengerasan akibat penguapan airnya, mudah mengering, mudah tercemari mikroba, mempengaruhi stabilitas bahan obat dan masa lemak, serta dapat mengurangi resorpsi bahan obat.
 
Waktu dan Cara Pakai Suppositoria
Waktu pemakaian suppositoria adalah :
· Sesudah defactio untuk suppositoria analia
· Pada waktu malam hari
 
Cara pakai suppositoria adalah :
* Pertama-tama cucilah tangan terlebih dahulu
* Buka bungkus aluminium foil dan lunakkan suppositoria dengan air
* Berbaring miring dengan tungkai yang di bawah lurus, dan yang di atas ditekuk
* Masukkan suppositoria ke dalam anus dengan menggunakan jari kira-kira 2 cm dan terus berbaring selama 15 menit
* Cuci tangan setelah memasukkan suppositoria
Jika suppositoria terlalu lunak untuk dimasukkan, dinginkan obat dalam lemari pendingin selama 30 menit atau direndam dengan air dingin sebelum membuka bungkus aluminium foil.

KAPSUL

A.      Pengertian dan Macam Kapsul
          Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat  dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Macam – macam kapsul
        Berdasarkan bentuknya kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi dua yaitu kapsul keras (capsulae durae, hard capsul ) dan kapsul lunak (capsulae molles, soft capsul)
Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak.
Kapsul keras
Kapsul lunak
-     terdiri atas tubuh dan tutup
-     tersedia dalam bentuk kosong
-     isi biasanya padat, dapat juga cair 
-     cara pakai per oral
-     bentuk hanya satu macam
-     satu kesatuan
-     selalu sudah terisi
-     isi biasanya cair, dapat juga padat
-     bisa oral, vaginal, rectal, topikal
-     bentuknya bermacam - macam
Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran
Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung dari pengalaman. Biasanya  dikerjakan secara eksperimental  dan sebagai gambaran hubungan jumlah obat dengan ukuran kapsul  dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
No. ukuran
Asetosal
(alam gram)
Natrium Bikarbonat (dalam gram)
NBB
(dalam gram)
000
00
0
1
2
3
4
5
1
0,6
0,5
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
1,4
0,9
0,7
0,5
0,4
0,3
0,25
0,12
1,7
1,2
0,9
0,6
0,5
0,4
0,25
0,12
B.      Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul
Keuntungan bentuk sediaan kapsul.
1.        Bentuk menarik dan praktis
2.        Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak.
3.        Mudah ditelan dan cepat hancur /larut didalam perut, sehingga bahan cepat segera diabsorbsi (diserap) usus.
4.        Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi  dari bermacam-macam bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien.
5.        Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya.
Kerugian bentuk sediaan kapsul.
1.        Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang  tidak menahan penguapan
2.        Tidak untuk zat-zat yang higroskopis
3.        Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
4.        Tidak untuk Balita
5.        Tidak bisa dibagi ( misal ½ kapsul)
C.      Cara Pengisian Kapsul
Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin dan dengan alat mesin
                                                                                                                               
(1)     Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.  
(2)     Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua  bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
          Caranya :
§   Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang tidak bergerak.
§   Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan /ditaburkan pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
§   Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.
(3)     Dengan alat mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut , perlu dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih terjamin.
D.        Cara penutupan kapsul
Penutupan kapsul yang berisi serbuk dapat dilakukan dengan cara yang biasa  yakni menutupkan bagian tutup kedalam badan  kapsul tanpa penambahan bahan perekat. Penutupan cangkang kapsul dapat juga dilakukan dengan pemanasan langsung, menggunakan energi ultrasonik atau pelekatan menggunakan cairan campuran air – alkohol
E.      Cara Membersihkan Kapsul
Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen,wol ) kemudian digosok-gosokkan sampai bersih.
F.      Pengisian Cairan ke Dalam Kapsul Keras
(1)     Zat-zat setengah cair/cairan kental
Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul sebagai serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert, tetapi kalau jumlahnya banyak yang jika dikeringkan membutuhkan terlalu banyak bahan inert, maka dapat dibuat seperti masa pil dan dipotong-potong sebanyak yang diperlukan, baru dimasukkan kedalam cangkang kapsul keras dan direkat.
(2)     Cairan-cairan
Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak melarutkan gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung dimasukkan dengan pipet  yang telah ditara.Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup (di seal) supaya cairan yang ada didalamnya tidak bocor atau keluar.
Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap , kreosot atau alkohol yang akan bereaksi dengan gelatinnya hingga rusak/meleleh , harus diencerkan terlebih dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya dibawah 40 %.Sebelum dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan tegak lurus, setetah itu tutup.
G.     Faktor – Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul
Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut :
(1)     Mengandung zat-zat yang mudah mencair ( higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan lactosa atau amylum  (bahan inert netral) akan menghambat proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNO2 dan sebagainya.
(2)     Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya kapsul yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing dengan bahan inert baru keduanya dicampur.
(3)     Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol.
              (pemecahan sudah dibahas diatas )
(4)     Penyimpanan yang salah
Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut.
Di tempat terlalu kering,   kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah.

Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul disimpan :
§  dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering
§  dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi  silika (pengering)
§  dalam wadah plastik yang diberi pengering
§  dalam blitser / strip alufoil
H.      Syarat – Syarat Kapsul
(1)     Keseragaman Bobot
          Menurut FI. III, dibagi menjadi dua kelompok , yaitu :
§   Kapsul berisi obat kering
§   Kapsul berisi obat cair atau pasta
(2)     Waktu Hancur
(3)   Keseragaman Sediaan
(4)     Uji Disolusi

SALEP

sediaan salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam darsar salep yang cocok (F.I.ed.III). Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical kulit atau selaput lender salep tidak boleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras narkotika adalah 10 % (FI IV).
Menurut R. VOIGT salep adalah gel dengan sifat deformasi plastis yang digunakan pada kulit atau selaput lendir. Sediaan ini dapat mengandung bahan obat tersuspensi, terlarut atau teremulasi. Menurut ansel Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar yang dimaksudkan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan disebut salep mata.
Salep dapat mengandung obat atau tidak mengandung obat, yang disebutkan terakhir bisanya dikatakan sebagai “dasar salep” (basis ointment) dan digunakan sebagai pembawa dalam penyimpan salep yang mengandung obat. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawadibagi dalam 4 kelompok:dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar   salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu  dasar salep tersebut.
Dasar salep hidrokarbon, dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antar lain vaselin putih dan salep putiih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksud untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci , tidak mengering dan tidak tmpak berubah dalam waktu lama.
Dasar salep serap, dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafi hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok ke 2 terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga dapat bermanfaat sebagai emolien.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “krim” (lihat kremores). Dasat ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dikulit atau  dilap basah, sehingga dapat diterima untuk dasar kosmetik.beberpa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah  dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjdi pada kelainan dermatologik.
Dasar salep larut dalam air, kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”.
Macam – Macam Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. secara umum salep dapat   dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu:
1.      Salep berlemak
Senyawa hidrokarbon dan malam juga diaggap termasuk lemak.
Daya menyerap air dari basis adalah sebagai berikut:
100 bagian adeps lanae dapat menyerap air 200 bagian.
100 bagian lanolinum dapat menyerap air 120 bagian.
100 bagian vaselinum dapat menyerap air 10 bagian.
100 bagian vaselinum dengan 5% cera dapat menyerap air 40 bagian
100 bagian vaselinum dengan 5% adeps lanae dapat menyerap air 100 bagian.
100gian cetylicum dengan 5% adeps lanae dapat menyerap air 30 bagian.
2.      Pasta berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).sebagai bahan dasar salep digunakan vaselin, parafin cair. Bahan tidak berlemak seperti glycerinum, mucilago atau sabun dan digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.
3.      Salep pendingin
Suatu salep yang mengadung tetes air yang relatif besar. Pada pemakaian pada kulit, tetes air akan menguap dan menyerap panas badan yang mengakibatkan rasa sejuk.
4.      Krim (cremor)
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk luar.
5.      Mikstur gojog
Suatu bentuk suspensi dari zat padat dalam cairan, biasanya terdiri air, glycerinum dan alkohol. Mikstur gojog biasanya mengandung 60% cairan.wadah yang digunakan adalah botol mulut lebar, sebelum dipakai digojog dulu.sebagai pensuspensi digunakan bentonit.
6.      Pasta kering
Suatu pasta bebas lemak mengandung + 60% zat padat (serbuk).Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis Ichthamolum atau Tumenol ammonium. Adanya zat tersebut akan menjadikan pasta menjadi encer.
7.      Pasta pendingin
Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal dengan Salep Tiga Dara.

 

Penggolongan Salep

Menurut konsistensinya salep dapat dibagi:
1.      Unguenta: salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga
2.      Cream (krim): salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit , suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
3.      Pasta: salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diolesi.
4.      Cerata: salep berlemak yang mengandung  persentase lilin (wax)  yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum  labiale).
5.      Gelones/ spumae/ jelly: salep yang lebih halus umumnya cair dan sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basis,  biasanya terdiri atas campuran sederhana dari minyakk dan lemak dengan titik lebur rendah. Contohnya: starch jellieas (10% amilum dengan air mendidih).
Menurut sifat farmakologinya/terapeutik dan penetrasinya, salep dapat dibagi:
1.      Salep epidermis (epidermic ointhment; salep penutup) guna melindungi kuli dan menghasilkan efek   lokal,  tidak diabsorpsi, kadang-kadang ditambahkan antisseptik, astringensia untuk meredahkan rangsanagan atau anestesi lokal. Ds yang baik adalah ds. Senyawa hidrokarbon.
2.      Salep endodermis: salep yang bahan obatnya menembus kedalam kulit, tetapi tidak melalui kulit, terabsorbsi sebagian, digunakan untuk melunakan kulit atau selaput lendir. Ds yang  baik adalah minyak lemak.
3.      Salep diadermis: salep yang bahan obatnya menembus kedalam tubuh melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misalnya saalep yang mengandung senyawa merkuri iodida, beladona.
Menurut dasar salep, salep dapat dibagi:
1.      Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air  atau salep dengan dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air, misalnya: campuran lemak-lemak, minyak lemak, malam.
2.      Salep hidrofilik yaitu salep yang sukar air; biasanya ds. Tipe M/A.
Menurut formularium nasional (fornas)
1.      Dasar salep 1 (ds senyawa hidrokarbon)
2.      Dasar salep 2 (ds. serap)
3.      Dasar salep 3 (ds. Yang dapat dicuci dengan air atau ds. Emulsi M/A)
4.      Dasar salep 4 (ds. Yang dapat larut dalam air).

 

Syarat Dan Kualitas Bahan Dasar Salep

1.      Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil   pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2.      Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
3.      Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4.      Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat  yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
5.      Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan.

 

Peraturan dan Prosedur Pembuatan Salep
Aturan umum ialah:
1.      Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perluh dengan pemanasan rendah.
2.      Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebi dahulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan no.100.
3.      Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung atau menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan sebagian dasar saelep yang lain.
4.      Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
Zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep
Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin. Camphora, mentholum, phenolum,thymolum,dan guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak.bila dasar saelp mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian(+ sama banyak) vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yaang lain.
Camphora dapat dihaluskan dengan tambahan spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan ditambah dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya menguap.(vanduin). Bila zat-zat tersebut bersama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
Zat yang mudah larut dalam dasar salep
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat dilarutkan dalm air yang tersedia maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampurka dengan sebagian dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air terserap,baru ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan diaduk hingga homogen.
Dasar salep yang tidak menyerap air antar lain ialah adeps lanae, unguentum simplex, hidrophilic ointment,  dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain lanoline (25%), unguentum lanies(25%), unguentum cetylicum hidrosum,(40%).
Zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100.setelah itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama massa berat salep,atau dengan salah satu bahan dasar salep, bila perluh bahan dasar salep tersebut dilelehkan dulu, setelah itu sisa bahan-bahan yang ditambahkan sedikit demi sedikit sambi digerusdan diaduk hingga homogen. Utuk mencegah pengkristalan pada waktu pendinginan,seperti cera flava, cera alba, cetylalcoholum dan paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair atau yang lunak. Pembuatan salep dengan asam borat tidak diizinkan dengan pemanasan.
Salep yang dibuat dengan peleburan
Pembuatan dasar salep ini dibuat dalam cawan porselin sebagai pengaduk digunakan batang gelas atau stapel kayu. Masa yang melekat pada dinding cawan dan stapel atau batang gelas selalu dilepas dengan kertas film. Bahan salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya, sedang air ditambahkan setelah masa salep diaduk sampai dingin.
Peraturan pembuatan salep menurut  F. Van Duin.
1.      Peraturan salep pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.
2.      Peraturan salep kedua
Bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basia salepnya.
3.      Peraturan salep ketiga
Bahan-bahan yang sukar atau sebagian  dapat larut dalam lemak dan air harus diserbukkan lebih dahulu,  kemudiaan diayak dengan pengayak NO. 60.
4.      Perturan salep keempat
“Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin”bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya haris dilebihkan  10-20% untuk mencegah kekurangan bobotnya.
5.      Persyaratan
Salap dapat mengandung bahan konservansia yang cocok. salap harus memiliki sifat yang homogen . pada saat dioleskan dengan tangan, tidak diperbolehkan terasa adanya bagian padat. Salap tidak boleh berbau tengik. Jika tidak dinyatakan lain, digunakan salap alkohol malam domba sebagai  basis salap.

 

Evaluasi Sediaan Salep
1.      Uji bahan aktif
Pengujian bahan aktif meliputi, uji bobot jenis, uji rotasi optic, uji indeks bias, uji titik lebur, dan uji titik didih.
2.      Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
3.      Daya serap air
Daya serap air, diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk mengkarakterisasi basis absorpsi. Bilanagn air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-20°) secara terus menerus atau dalam jangka waktu terbatas (umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual. Evaluasi kuantitatif dari jumlah air yang diserap dilakukan melalui perbedaan bobot penimbangan (system mengandung air – sitem bebas air ) atau dengan penentuan  kandungan air yang akan diuraikan nanti. Daya serap air akan berubah, jika larutan turut digabungkan didalamnya. Dapat menurunkan bilangan airnya.
4.      Kandungan air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dari salep. Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Kandungan air digunakan ukuran kehilangan masa maksimal (%) yang dihitung pada saat pengeringan disuhu tertentu (umumnya 100 - 110°C) cara tersebut merupaka metode konvensional. Cara ini tidak dapat digunakan, jika bahan obat atau bahan pembantu ada yang mngenguap (minyak atsiri, fenol dan sebagainya).
5.      Konsistensi
Konsistensi bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan hanya sebuah cara, untuk mengkarakterisasikan sifat berulang, seperti sifat lunak dari sediaan sejenis salep atau mentega, melalui sebuah angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode berikut, penetrometer.
6.      Penyebaran
Penyebaran salep diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit. Penentuanya dilakukan dengan extensometer.
7.      Ukuran partikel
Umumnya farmakope tidak mensyaratkan pengujian ukuran partikel dalam salep suspensi, melainkan hanya membatasi penggunaan serbuk halus atau serbuk yang sangat halus. Pada salep mata suspense harus diperhitungkan adanya persyaratan yang lebih ketat, meskipun berbagai farmakope melakukan pembatasan tapi syaratnya berbeda-beda. (Akfar, PIM/2010)